Kenali Stunting dan Upaya Pencegahannya

                                                    Kenali Stunting Dan Upaya Pencegahannya



            Apa itu stunting ? Apakah stunting sama dengan tumbuh badan yang pendek ? Apa saja penyebab stunting ? dan bagaimana cara pencegahannya ? yuk mari kita bahas agar terciptanya keluarga siap bahagia dan tidak khawatir tentang tumbuh kembang anak!

            Menurut WHO ( World Health’s Organization ), Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai, stunting dikenal juga dengan istilah balita pendek dan umumnya terjadi karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya serta perkembangan otaknya terhambat. Stunting erat kaitannya dengan anemia di masa kehamilan seperti yang terlihat dari data dari Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) dan Riskesdas Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) 2018 mencatat, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia atau setara dengan 5 dari 10 ibu hamil, sedangkan berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tahun 2021 Angka stunting di Sumatera Selatan masih berada di angka 24,8 persen masih jauh dari target nasional yakni 14 persen. Dari 17 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, ada 2 Kabupaten berstatus merah stunting yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang berstatus “merah” atau memiliki prevalensi stunting di atas angka 30 persen. Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan prevalensi stunting tertinggi di Provinsi Sumetera Selatan yaitu 32,2 persen. Sedangkan Kabupaten Banyuasin berstatus daerah “Kuning” stunting yaitu berada di angka 22,0 persen. Oleh karena itu, Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting cukup tinggi, yaitu 24,4 persen dan masih di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Hal ini dikarenakan tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri sebelum nikah sehingga pada saat hamil menghasilkan anak stunting. Hal ini diakibatkan kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada seorang bayi sampai berumur 2 tahun atau lebih dikenal dengan 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).

Stunting

            Stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun stunting dan pendek adalah kondisi kesehatan berbeda, sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Singkatnya, stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan mengakibatkan pertumbuhan otak dan organ lain terganggu, yang mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Pertumbuhan otak yang tak maksimal juga menyulitkan anak bertanggung jawab atas hidupnya sendiri kelak. Sementara, anak dengan tubuh yang pendek belum tentu mengalami gagal tumbuh. Dikutip dari emedicinehealth, anak bertubuh pendek mengalami pertumbuhan fisik dan mental normal layaknya anak lain. Namun, tinggi badannya kurang dari rata-rata anak sesuainya sehingga terlihat mencolok. Anak dengan tubuh pendek tak mengalami peningkatan risiko mengalami penyakit degeneratif atau penurunan fungsi otak. Seiring waktu, anak yang bertubuh pendek bisa menyusul tinggi teman-temannya saat masa pubertasnya tiba. Selain itu, lihat pula bagaimana tinggi badan Anda sebagai orangtuanya. Jika tinggi badan Anda tidak terlalu tinggi, ini berarti anak Anda cenderung pendek karena faktor genetik dari orangtuanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa stunting dengan tumbuh pendek berbeda.

Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali, misalnya:

  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
  • Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
  • Pubertas yang lambat
  • Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
  • Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius. Mengingat stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup membahayakan, memahami faktor penyebab stunting sangat penting untuk dilakukan. Dengan begitu, Anda bisa melakukan langkah-langkah preventif untuk menghindarinya. Berikut ini beberapa faktor penyebab stunting yang perlu Anda ketahui:

1. Kurang Gizi dalam Waktu Lama

Tanpa disadari, penyebab stunting pada dasarnya sudah bisa terjadi sejak anak berada di dalam kandungan. Sebab, sejak di dalam kandungan, anak bisa jadi mengalami masalah kurang gizi. Penyebabnya, adalah karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi kondisi malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada anak.

2. Pola Asuh Kurang Efektif

Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak.. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.

3. Pola Makan

Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan yang tidak seimbang dapat memengaruhi pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting. Hal ini dikarenakan ibu kurang mengerti tentang konsep gizi sebelum, saat, dan setelah melahirkan.

4. Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan

Setelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan pasca melahirkan. Sangat dianjurkan juga bagi bayi untuk langsung menerima asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya. Perawatan pasca melahirkan dianggap perlu untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak pasca persalinan.

5. Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu

Saat kehamilan, seorang ibu tidak boleh mengalami tekanan mental karena akan berpengaruh pada kondisi kesehatan anak yang dikandung. Jika seorang ibu mengalami gangguan mental dan hipertensi dalam masa kehamilan, risiko anak menderita stunting juga semakin tinggi.

6. Sakit Infeksi yang Berulang

Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga terhindar dari infeksi.

7. Faktor Sanitasi



Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan mempertinggi risiko stunting pada anak. Bila anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini dapat memengaruhi pertumbuhannya. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting.

8. Anemia

            Ternyata anemia juga berpengaruh terhadap stunting, anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), stunting, risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal ini tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka kematian ibu bersalin, maupun angka kematian bayi. Anemia pada ibu hamil juga terkait dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat bayi lahir rendah. Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum, prematuritas, demikian pula hasil penelitian menyatakan ada hubungan yang signifikan riwayat anemia kehamilan dengan kejadian stunting

Bagaimana Cara Mencegah Stunting?

            Menyadari bahwa stunting adalah masalah kesehatan yang berisiko tinggi dan dapat memengaruhi pertumbuhan anak hingga dewasa, Anda tentu perlu mengenal berbagai usaha pencegahannya. Simak beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting. Tindakan pencegahan ini sebaiknya dilakukan sebelum, saat, dan sesudah masa kehamilan.

1. Pahami Konsep Gizi

Pastikan Anda mendapatkan asupan gizi yang cukup setiap hari, terlebih saat masa kehamilan. Pahami konsep gizi dengan baik dan terapkan dalam pola asuh anak.

2. Pilihan Menu Beragam

Upayakan untuk selalu memberi menu makanan yang beragam untuk anak. Jangan lupakan faktor gizi dan nutrisi yang dibutuhkan mereka setiap harinya. Saat masa kehamilan dan setelahnya, ibu pun perlu mendapatkan gizi yang baik dan seimbang agar dapat menghindari masalah stunting.

3. Pemeriksaan Rutin

Selama masa kehamilan, ibu perlu melakukan check up atau pemeriksaan rutin untuk memastikan berat badan sesuai dengan usia kehamilan. Ibu hamil juga tidak boleh mengalami anemia atau kekurangan darah karena akan memengaruhi janin dalam kandungan. Kontrol tekanan darah ini bisa dilakukan saat check up rutin.

4. Pentingnya ASI

Air susu ibu (ASI) mengandung banyak gizi baik yang dapat menunjang pertumbuhan anak. Dalam ASI, terdapat zat yang dapat membangun sistem imun anak sehingga menjauhkan mereka dari berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah stunting.

5. Konsumsi Asam Folat


Asam folat berperan penting untuk mendukung perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi. Zat ini juga dapat mengurangi risiko gangguan kehamilan hingga 72%. Dengan asupan asam folat, kegagalan perkembangan organ bayi selama masa kehamilan juga bisa dicegah.

6. Tingkatkan Kebersihan

Faktor sanitasi dan akses air bersih menjadi salah satu fokus yang bisa Anda lakukan untuk mencegah stunting pada anak. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan agar tidak ada bakteri, jamur, kuman, dan virus yang mengontaminasi tubuh Anda dan si kecil. Anda juga disarankan selalu memperhatikan kebersihan tubuh maupun tangan. Sebab, apabila tangan kotor, bukan tidak mungkin kuman menjangkiti makanan yang masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan masalah kurang gizi. Dalam waktu lama, masalah kurang gizi yang berkepanjangan tersebut dapat menyebabkan stunting.

8. Minum Tablet Tambah Darah ( TTD )

            Salah satu tindakan preventifnya adalah dengan mewajibkan para ibu hamil mengkonsumsi Tablet Tambah Darah atau tablet tambah darah


@wira.nutritionist Tag para cewek” yok, biar sehat terus kedepannya #gizi #ahligizi #fyp #fypシ #remajaputri #cewek #infosehat #anemia #stunting #ttd #tablettambahdarah ♬ suara asli - 87%

Perkembangan janin membutuhkan asupan nutrisi dan zat besi yang tinggi sehingga tidak jarang ibu hamil mengalami anemia yang dapat memicu terjadinya kelahiran bayi prematur, bayi berat badan rendah serta pendarahan. Maka itu, konsumsi rutin Tablet Tambah Darah diharapkan dapat mencegah hal-hal tersebut. Berikut ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengkonsumsi Tablet Tambah Darah. Bagi ibu hamil, kemungkinan akan merasa mual ketika mengkonsumsi Tablet Tambah Darah terutama di awal-awal kehamilan. Selain mual, jika terjadi nyeri uluhati atau tinja yang kehitaman juga tidak perlu risau karena nantinya tubuh akan menyesuaikan sendiri dengan asupan Tablet Tambah Darah. Idealnya Tablet Tambah Darah dikonsumsi setelah makan. Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah akan lebih maksimal jika dibarengi dengan makanan bergizi seimbang yaitu nasi, lauk pauk dan ragam sayuran yang seimbang dan berwarna. Selain itu, konsumsi Tablet Tambah Darah akan lebih baik penyerapannya jika dibarengi dengan konsumsi vitamin c seperti jus jeruk misalnya. Namun jangan lupa untuk memastikan bahwa ketika mengkonsumsi Tablet Tambah Darah tidak dibarengi dengan minum teh, kopi atau susu karena akan menganggu penyerapan Tablet Tambah Darah di dalam tubuh.

Siap Bahagia


Yuk Ayah dan Bunda mulai sekarang persiapkan sedini mungkin untuk persiapan memiliki bayi ataupun setelah melahirkan agar terciptanya keluarga bahagia.

Sumber :
https://siapbahagia.com/stunting
https://sigap.tanotofoundation.org/apa-itu-stunting/
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20211227/4339063/penurunan-prevalensi-stunting-tahun-2021-sebagai-modal-menuju-generasi-emas-indonesia-2045/
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi
https://sigap.tanotofoundation.org/cegah-stunting-dengan-tablet-tambah-darah/


Willy Rahma Wijaya
Hai, perkenalkan saya Willy Rahma Wijaya biasa dipanggil Willy. Menulis di blog menjadikan waktu luang saya menjadi bermanfaat serta saya dapat mengekspresikan diri saya dalam kata-kata yang saya tulis di blog

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter